Duta Seni dan Visi Kebudayaan Kabupaten Boyolali Tahun 2024 dan seniman Campursari asli Kabupaten Boyolali tampil dalam panggung seni di Anjungan Jawa tengah yang ada di Taman Mini Indonesia Cantik (TMII), Jakarta.
Kelompok tampil pada Minggu (6/7/2025) untuk membawa sebuah sendratari dan campursari bertema “Tirta Kencana Cahyaning Boyolali”.
Kehadiran team dari Kabupaten Boyolali yang ditemani Wakil Bupati Boyolali, Dwi Fajar Nirwana ini disongsong hangat oleh Kepala Tubuh Penyambung Propinsi Jawa tengah, Sarido.
Acara panggung dilihat Perkumpulan Keluarga Besar Boyolali (PKBB) se-Jabodetabek.
Kepala Tubuh Penyambung Propinsi Jawa tengah, Sarido menjelaskan faksinya dan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Boyolali tetap terus merajut komunikasi dan kolaborasi untuk menjaga dan melestarikan budaya.
“Saya berterima kasih karena Kabupaten Boyolali dan kami tetap bersinergi. Komitmennya tetap sama untuk selalu menemani dan melestarikan kesenian kebudayaan kita, hingga saat angkatan muda masih ingin dan mengenal dengan kesenian. Kami percaya kami percaya diri akan lestari,” tutur Sarido.
Sementara Wakil Bupati Boyolali Dwi Fajar Nirwana ikut menghargai kolaborasi kuat yang terikat.
Ia mengharap atraksi itu dapat tingkatkan kesayangan pada budaya asli wilayah, dapat memberi selingan dan bisa memperkuat tali bersilahturahmi.
“Saya mengharap acara atraksi sendratari dan campursari Tirta Kencana Cahyaning Boyolali ini dapat memperkuat kerja sama di antara warga Kabupaten Boyolali yang terdapat di Jabodetabek dengan Pemkab Boyolali hingga dapat tumbuhkan sinergitas yang searah dengan misi visi Bupati Boyolali,” ungkapkan Fajar, panggilan wakil bupati.
Sebagai tarian pembuka, Duta Seni dan Visi Kebudayaan Kabupaten Boyolali tampilkan tarian Sekar Merapi yang memvisualisasikan gadis yang mempunyai watak seperti Dewi Srikandi, elok anggun dan kuat.
Selanjutnya, mereka tampilkan sendratari dengan judul Tirto Kencana Cahyaning Boyolali dengan sutradara Wahyu Saputra yang sukses mempesona pemirsa.
Cerita ini di inspirasi kreasi sastra Serat Wulangreh yang dicatat oleh Pakubuwana IV yang mengutamakan pada keutamaan kesadaran hidup sesuai dengan alam.
Tirta Kencana Cahyaning Boyolali mengusung kehidupan peternak sapi di Kabupaten Boyolali.
Lewat figur Laras dan Ki Pranoto yang memvisualisasikan perjuangan menjaga nilai tradisionil di tengah-tengah penekanan pasar dan kesenjangan harga susu oleh beberapa tengkulak.
Perselisihan mencapai puncak saat warga peternak mengetahui keutamaan ketentuan dan membangun koperasi sebagai bentuk perlawanan berbasiskan bergotong-royong.
Susu diartikan bukan sekedar komoditas tapi juga diartikan sebagai tirta kencana lambang karunia alam yang dijaga sukur, ketulusan dan usaha keras.
